Oleh Muhammad Baihaqi,
Direktur Masyarakat Anti Kekerasan Indonesia (MAKI)
TRIBUNNES.COM,JAKARTA-Kekalahan ISIS di wilayahnya di beberapa tempat di Suriah yang dikuasainya membuat kelompok ini merubah arah strategi dan taktiknya.
Selanjutnya, memanfaatkan potensi kekacauan di negara-negara dimana ada sebaran para pendukung ISIS, salah satunya adalah Indonesia.
ISIS mengalami kekalahan terus menerus sehingga jalan teror yang dilakukan difokuskan ke negara-negaranya masing-masing.
Jalan teror yang paling mudah dilakukan adalah memanfaatkan pergantian kekuasaan melalui sistem pemilihan umum.
Indonesia pada 2019 akan melakukan pemilihan umum dan hanya ada dua pasangan calon yang akan bertarung.
Masing-masing pendukung calon terlihat ada gesekan yang kuat sehingga sangat berpotensi akan terjadi konflik diantara keduanya. Nah, ISIS kemungkinan besar akan bermain di sini.
Gerakan yang berpotensi jadi pemicu menjadi gesekan adalah tagline #2019GantiPresiden.
Gerakan ini belum secara legal diakui oleh tim dari calon presiden Prabowo. Karena itu gerakannya menjadi sangat liar dan berpotensi dimanfaatkan.
Sebagai contoh ada dari anggota DPRD Pasuruan dideportasi dari Turki karena hendak memberikan bantuan ke kelompok pemberontak di Suriah.
Anggota DPRD yang dimaksud mengaku datang ke Turki sebaai relawan kemanusiaan dari Yayasan Qouri Ummah.
Dia berangkat pada 31 Maret 2017 dengan membawa uang donasi sebesar 20.000 dollar AS untuk para pengungsi di Turki dan Lebanon.
Dalam catatan Masyarakat Anti Kekerasan Indonesia (MAKI) ada beberapa yang pernah jadi teroris dan hendak bergabung dengan ISIS.
Editor: Rachmat Hidayat
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
No comments:
Post a Comment